Cerpen KADIS Moh Diponegoro: Keseimbangan Dunia Akhirat
Sunday, April 30, 2017
Edit
Jika kita mau membuka dan membaca Kitab Suci Alquran, kita
pasti akan menjumpai sebuah ayat yang berbunyi: “orang-orang yang beriman dan
beramal saleh akan senantiasa mendapatkan pahala yang terus-menerus (falahun
ajrun ghairu mamnun)’. Ayat ini boleh jadi, dapatlah kita tafsirkan sebagai
janji Tuhan (Allah) kepada umat manusia. Agar kita senantiasa berada dalam
lindungan dan selalu dilimpahi rahmat-Nya, kita harus menegakkan amar ma’ruf
nahi munkar, mengerjakan apa yang dianjurkan untuk dikerjakan. Itulah sebabnya,
sebagai makhluk Tuhan, kita diwajibkan untuk melaksanakan apa yang telah
tertuang dalam Rukun Iman dan Rukun Islam.
Namun, sebagai
makhluk yang selalu diliputi oleh kekurangan dan kelebihan kita sering salah
menafsirkan janji Tuhan seperti yang tersirat dalam ayat itu. Baru saja kita
rajin beribadah, sembahyang dan puasa misalnya, sering kita sudah merasa pasti
bahwa kelak akan mendapatkan pahala melimpah dari Tuhan dan juga masuk surga.
Padahal, apa yang kita lakukan itu belum cukup, karena belum mencerminkan
adanya suatu harmoni, suatu keseimbangan. Sedangkan ayat Tuhan tadi
mengisyaratkan atau mengharuskan kita agar kita senantiasa berada dalam titik
keseimbangan. Sebagai contoh kongret, kita harus menyeimbangkan antara
kepentingan dunia dan akhirat, kepentingan saat ini dan nanti, kepentingan
hidup dan mati, dan seterusnya. Di sinilah kita sering melakukan kesalahan
karena salah menafsirkan ayat Tuhan di atas.
Kesalahan serupa itulah yang juga
melanda diri tokoh Kadir dalam cerpen “Kadis” karya Mohammad Diponegoro. Di
satu sisi, apa yang dilakukan Kadis sehari-hari memang tidak salah, bahkan
dianjurkan, yaitu rajin beribadah, sembahyang, mengaji, menghadiri pengajian,
fasih mengucapkan ayat-ayat Alquran, selalu bersilaturahmi, dan sebagainya. Namun,
di sisi lain, Kadis telah melakukan kesalahan besar, karena telah melupakan
kewajibannya sebagai seorang kepala rumah tangga (suami) yang harus bekerja
keras mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Memang selama berumah tangga
Kadis selalu bisa mencukupi kebutuhan keluarga –walaupun pas-pasan--, tetapi
hanya caranya saja yang tida pada tempatnya: selalu menghadiri pengajian dan
bersilaturahmi tetapi itu semua hanya sebagai kedok untuk minta-minta. ....
Untuk mengetahui lebih lengkap, termasuk cerpen "Kadis" yang diulas ini dan sekaligus riwayat pengarang... silakan DOWNLOAD.