Syamsuddin As-Sumatrani: Riwayat, Karya, Ajaran, Kecaman, dan Pembelaannya
Saturday, January 07, 2017
Edit
Telah lebih dari
tiga setengah abad lamanya Syamsuddin as-Sumatrani[1]
dicerca dan dikecam oleh berbagai pihak sebagai seorang sufi yang kafir sesat (mulhid) dan kafir yang menyembunyikan
kekafirannya (zindiq). Cercaan dan
kecaman itu tidak hanya datang dari para ulama sufi pada zamannya (abad 16 dan
17), tetapi juga dari para sarjana dan peneliti yang menaruh minat pada Islam
umumnya dan ilmu tasawuf khususnya di daerah Aceh (Melayu). Walaupun telah
muncul beberapa kajian ilmiah yang berkesimpulan bahwa ajarannya sebenarnya
bukan ajaran sesat, tetapi hingga kini Syamsuddin (dan gurunya Hamzah Fansuri)
belum memperoleh ‘pembelaan’ yang semestinya. Gema tentang ke-mulhid-an dan ke-zindiq-annya masih terus terdengar sehingga predikatnya sebagai
seorang syaikh terkemuka yang dihormati di lingkungan Kesultanan Aceh
seolah-olah menjadi tercemar. Ini benar-benar menjadi sebuah tragedi karena di
satu pihak ia disanjung-sanjung sebagai seorang penghulu agama yang besar,
terkemuka, dan dihormati di lingkungan kerajaan Islam, tetapi di lain pihak ia
dicerca sebagai seorang yang sesat dan kafir.
Sungguh-sungguh ironis. Baca tulisan lengkap silakan DOWNLOAD.