Selintas Tradisi Kritik Sastra Indonesia di Yogyakarta
Wednesday, January 11, 2017
Edit
Sejarah mencatat bahwa perkembangan kritik sastra Indonesia, khususnya sastra Indonesia modern, relatif masih baru. Dalam arti, dibandingkan
dengan perkem-bangan karya sastra
(puisi, cerpen, novel, drama), kritik sastra muncul lebih kemudian. Karena itu,
Teeuw (1989) menyatakan, kritik sastra tampil pertama bukan pada masa Balai
Pustaka (1920-an), tetapi pada masa Pujangga Baru (1930-an). Menurutnya, saat
itu, lewat Pujangga Baru, terjadi polemik antara STA dan para guru bahasa
Melayu; dan dari polemik itu kemudian lahir konsep STA mengenai kritik sastra
yang kemudian dibu-kukan dalam Kebangkitan
Puisi Baru Indo-nesia. Itu pula sebabnya, pada masa beri-kutnya (1950-an) tampil dua tokoh penting (H.B. Jassin dan A. Teeuw) yang
dengan sadar mulai membangkitkan tradisi kritik sastra di Indonesia.
Karya-karya kritik mereka kemudian dibukukan dalam Kesusastraan Indonesia Modern dalam
Kritik dan Esai (5 jilid) (Gunung Agung, 1954) dan Pokok dan Tokoh dalam Kesusastraan
Indonesia Baru (Pembangunan, 1952). .... Lalu bagaimana perkembangan kritik sastra Indonesia di Yogyakarta? Selanjutnya silakan DOWNLOAD.