Proses Kreatif Penulisan Feature
Saturday, January 14, 2017
Edit
Feature adalah karangan
lengkap nonfiksi (bukan berita) dalam media massa yang tidak tentu panjangnya,
dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas, kadang-kadang
dengan sentuhan subjektivitas penulis terha-dap
peristiwa, situasi, aspek kehidupan, dengan tekanan pada daya pikat menusiawi (human
interest) untuk menca-pai tujuan memberi informasi,
menghibur, mendidik, dan meyakinkan pembaca.
Teknik Penulisan Feature
1.
Gaya
Tuturan Cerita
Kalau penulisan berita (harus taat
asas pada aturan 5W + 1H dalam teras berita atau lead), penulisan
feature tidak demikian. Penulis feature dapat bertindak bebas, dapat menulis
seperti menulis cerita, yang terpenting feature yang ditulis menarik perhatian
dan memberikan sesuatu (nilai lebih) pada pembaca. Penulis feature adalah
penutur cerita yang mampu menggunakan imajinasi dan kreativitasnya untuk
membangkitkan rasa ingin tahu pembaca, untuk mencengangkan, untuk menjawab
keragu-raguan, atau untuk membuat pembaca haru, tertawa, bahkan menangis.
2.
Sebelum
Menulis
Sebelum menulis, penulis feature
hendaknya mem-perhatikan keadaan sekeliling (di
mana dan kapan pun), mengetahui apakah ada sesuatu yang lain, yang lucu, yang
unik, yang tidak biasa, yang dramatis, yang layak diketahui pembaca. Salah satu
cara untuk memperoleh bahan ka-rangan, selain observasi langsung,
bisa dilakukan dengan wawancara (wawancara pribadi, wawancara berita, wawan-cara jalanan, wawancara telepon, wawancara tertulis, dll).
Langkah-langkah penting dalam
berwawancara: (1) memperkenalkan diri, menjelaskan maksud wawancara, (2)
mengetahui kegemaran/hobi untuk memulai pembicaraan menuju wawancara, (3) tidak
berdebat, tetapi berusaha memperoleh informasi, (4) mencatat dengan cermat
nama, jabatan, atribut, dan pernyataan-pernyataannya, (5) cepat menyesuaikan
diri terhadap situasi baru yang berkembang jika yang terjadi lain dari rencana
semula, misalnya cepat menyusun pertanyaan baru di luar pertanyaan yang sudah
disiapkan sebelumnya, (6) menyatakan terima kasih, mena-nyakan apakah ada pesan, tambahan, dll, dan (7) kalau perlu
membacakan hasil wawancara dan meminta paraf perse-tujuan, lebih-lebih jika itu menyangkut masalah yang peka
yang akan berdampak luas jika diterbitkan.
Dalam wawancara, jangan lupa
melontarkan perta-nyaan peluru yang jawabannya
mungkin sangat berguna bagi lead berita atau penutup feature.
Setelah bahan memadai, langkah
berikutnya meru-muskan kalimat tema (pokok tuturan)
sekaligus angle-(segi, sudut pandang)-nya dan ini yang membatasi dan
mengen-dalikan tulisan agar tidak terlalu
luas atau terlalu sempit. Misalnya: perawat (terlalu luas), sedangkan perasaan
pera-wat gadis di rumah sakit bersalin
(lebih pas). Dan ka-rangan sudah baik jika memenuhi
syarat kesatuan, rincian, keaslian.
3.
Saat
Mulai Menulis
Saat inilah yang paling sulit. Bahan
sudah terkum-pul, kalimat tema sudah dirumuskan,
tetapi terkadang sangat sulit menulis paragraf awal (teras) yang mampu menarik
perhatian pembaca. Sebab, teras haruslah mampu membang-kitkan minat, perhatian, dan rasa ingin tahu pembaca, yang
ditulis secara ringkas. Setelah teras berhasil dirumuskan dan ditulis, disusul
tubuh karangan yang berupa rincian yang dituturkan mengikuti alur aturan
tuturan yang tertib, masuk akal, dengan gaya cerita menurut selera (piramida
terbalik, kronologis, dll), barulah ditutup dengan penutup yang juga harus
menarik.
Judul (Title) Feature
·
Harus
menggugah perhatian.
·
Harus
kreatif, original.
Teras Feature
·
Teras
(sebagai jiwa-raga karangan) terwujud dalam paragraf pertama. Paragraf pertama
ini mengemban fungsi sebagai gagasan sentral. Fungsi gagasan sentral adalah
untuk mengendalikan isi tulisan dan mewajibkan penulis membatasi tulisannya.
·
Harus
menarik perhatian. Beberapa unsur yang menarik perhatian dan diinginkan pembaca
biasanya berkaitan dengan kebaruan, kedekatan, cuatan, keanehan, dll.
·
Bentuk
teras ada bermacam-macam, misalnya ringkasan, narasi, deskripsi, kutipan,
pertanyaan, sapaan akrab, dll.
Tubuh Feature
·
Kalau
teras diibaratkan sebagai jiwa-raga karangan, tubuh diibaratkan “stelan baju
dan aksesori” yang memantulkan keadaan sang jiwa-raga. Stelan harus pas dengan
raga, warna disesuaikan dengan keadaan jiwa. Pas dengan raga dan sesuai dengan
jiwa berarti hubungan antara teras dan tubuh ibarat rupa dan bayang-bayang.
Jelasnya, setelah teras dirumuskan sesuai dengan pokok cerita/tema yang
diinginkan, tubuh ditulis sejalan dengan arahan yang tersirat dalam teras.
Setiap keterangan/informasi mengenai pokok cerita ditulis seperti menyusun batu
bata menjadi tembok.
·
Beberapa
pola paragraf yang dapat digunakan untuk menjaga ketertiban susunan karangan
adalah tematik (setiap paragraf memberikan penegasan kembali kepada apa
yang telah diutarakan dalam teras), spiral (setiap paragraf merinci apa
yang ditulis dalam paragraf sebe-lumnya,
ibarat spiral menggulir ke bawah), dan blok (setiap paragraf berisi
bahan yang seolah berdiri sendiri, tetapi akhirnya menyulam satu cerita yang
bulat).
·
Pola
rinciannya ada dua, yakni kronologis (alamiah, berdasarkan urutan ruang
dan waktu) dan logis (dari yang kurang penting ke yang terpenting, dari
yang umum ke khusus, atau sebaliknya). Dalam hal ini ungkapan “peralihan”
menjadi kunci perekat hubungan antarparagraf.
Penutup Feature
Setidaknya
ada empat jenis penutup, yakni ring-kasan (mengacu kembali ke teras), klimaks
(menimbulkan kejutan, kenangan, kengerian, dll), tanpa akhir (menga-jukan pertanyaan tanpa jawaban), dan penyengat
(pernya-taan yang di luar dugaan pembaca).
Purnatulis
Setelah
feature selesai ditulis, penulis harus menge-cek
kembali dengan beberapa pertanyaan berikut.
·
Apakah
peristiwa, pendapat, dan masalah itu menarik untuk dibaca?
·
Apakah
karangan sudah terfokus pada pokok tulisan dan tidak menyimpang jauh?
·
Apakah
aturan 5W + 1H sudah terpenuhi?
·
Apakah
penulisan nama orang, jabatan, kedudukan, dll sudah tepat?
·
Apakah
rincian sudah memadai?
·
Apakah
kata-kata yang digunakan mudah dipahami?
·
Apakah
ungkapan mampu memberikan sentuhan emo-sional?
·
Apakah
fakta akurat?
·
Apakah
contoh yang diberikan konkret?
·
Apakah
daya pikat sudah diberi tekanan?
·
Apakah
teras, peralihan, tubuh, dan penutup sudah terstruktur dengan baik?
Catatan: tulisan ini disarikan dari berbagai buku sumber.