Novel Mantra Pejinak Ular Kuntowijoyo: Rekonstruksi Sejarah Sosial Politik Orde Baru
Wednesday, January 11, 2017
Edit
Pendahuluan
DALAM
kancah kesusastraan Indonesia modern, Kuntowijoyo mulai rajin menulis karya
sastra sejak awal Orde Baru (sejak 1966). Namun, menurut pengakuannya, selama
20 tahun (1973--1993), ia tidak menulis bahkan satu cerpen pun.
Barulah sejak tahun 1994 ia kembali menulis, bahkan sampai menjelang wafatnya
(Februari 2005) --meski dalam keadaan sakit yang cukup lama-- ia terus menulis. Hingga sekarang, sastrawan (penyair, cerpenis, novelis, penulis naskah drama)
tahun 1970-an (Eneste, 1988) yang seangkatan dengan Sutardji Calzoum Bachri,
Danarto, Budi Darma, Putu Wijaya, Gunawan Mohamad, Arifin C. Noer, Sapardi
Djoko Damono, Darmanto Jatman, Abdul Hadi W.M., Umar Kayam, dan Gerson Poyk itu
telah mewariskan kepada kita tiga antologi puisi: Suluk Awang-Uwung
(1975), Isyarat (1976), dan Daun Makrifat, Makrifat Daun(1995); dua .....
Dan, tulisan ini secara khusus mengkaji novel Mantra Pejinak Ular dalam kaitannya dengan berbagai persoalan Orde Baru. Selanjutnya... BUKA DI SINI
Dan, tulisan ini secara khusus mengkaji novel Mantra Pejinak Ular dalam kaitannya dengan berbagai persoalan Orde Baru. Selanjutnya... BUKA DI SINI