Menjadi Guru Kreatif: Membaca/Menganalisis/Berkreasi/Menulis Sastra
Saturday, January 14, 2017
Edit
/1/
Kini telah terjadi pergeseran paradigma belajar abad
ke-21. Karena ciri abad ke-21 adalah: informasi (tersedia di mana dan kapan
saja), komputasi (lebih cepat menggunakan teknologi/mesin), otomasi (menjangkau
segala pekerjaan rutin), dan komunikasi (dari dan ke mana saja), model
pembelajaran pun diarahkan untuk mendorong anak (didik) mencari tahu dari
berbagai sumber observasi (bukan diberi tahu), mampu merumuskan masalah (bukan
sekadar menyelesaikan masalah), melatih berpikir analitis (bukan mekanistis),
dan menekankan pentingnya kerja sama (kolaborasi) dalam menyelesaikan masalah.
Kalau pelajar dan mahasiswa di Amerika --dalam rangka
menyikapi pergeseran paradigma itu--dituntut mampu (1) berkomunikasi, (2)
berpikir jernih dan kritis, (3) mempertimbangkan setiap masalah dari segi
moral, (4) menjadi warga negara yang efektif, (5) bertoleran terhadap pandangan
yang berbeda, (6) hidup dalam masyarakat global, (7) memupuk minat yang kuat
terhadap hidup, dan (8) bekerja keras (Budiono, Kompas, 28 Agustus 2012), bagaimana dengan pelajar dan mahasiswa di
Indonesia? Inilah pertanyaan berat yang harus dijawab pendidik-guru (dan dosen).
Sebab, diharapkan, dengan adanya pergeseran itu, akan ada perubahan mendasar:
anak (didik) lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Dan tulisan ini layak dibaca secara lengkap. Selanjutnya DOWNLOAD.