Membangun Kreativitas Melalui Kegiatan Bengkel Sastra
Saturday, January 14, 2017
Edit
1.
Pengantar
Pengajaran
sastra setidak-tidaknya mengandung empat manfaat, yaitu (1) membantu
keterampilan berbahasa; (2) meningkatkan pengetahuan budaya; (3) mengembangkan
cipta, rasa, dan karsa; dan (4) menunjang pembentukan watak. Namun, realitas
membuktikan bahwa selama ini pengajaran sastra di sekolah-sekolah menengah
(SLTP dan SLTA) di Indonesia relatif belum berhasil memberikan “manfaat” kepada
masyarakat (baca: siswa) dan belum pula memberikan andil yang besar bagi
keberhasilan pendidikan secara utuh. Hal tersebut terbukti, ketika akumulasi
berbagai krisis (sosial, ekonomi, politik, moral, dan lain-lain) datang
menghadang, di tengah-tengah masyarakat muncul beragam perilaku yang
menunjukkan sikap tidak berbudi-bahasa yang baik, tidak berbudaya, dan
menunjukkan watak yang tidak atau kurang terpuji.
Kebelumberhasilan
pengajaran sastra tersebut dapat dipahami karena selama ini pengajaran sastra
di sekolah-sekolah memang kurang diarahkan pada tujuan pemahaman, apresiasi,
dan ekspresi sastra, tetapi cenderung pada upaya untuk memperoleh pengetahuan
tertentu atau bahkan hanya untuk mencapai target kelulusan tertentu. Hal ini
terlihat ketika di sekolah siswa hanya diberi materi yang sifatnya hapalan
akibat tuntutan kurikulum dan keterbatasan kemampuan guru, sementara materi
yang mengarahkan siswa agar lebih bersikap apresiatif, aktif, dan kreatif
justru terlupakan. Itulah sebabnya, tidak mengherankan jika pada akhirnya
kecintaan dan kemampuan apresiasi, kreasi, dan ekspresi siswa terhadap sastra
sangat terbatas. Jika pola pengajaran sastra masih terus demikian, niscaya
keluhan terhadapnya akan terus digulirkan. Oleh sebab itu, perlu kiranya
diciptakan strategi lain dalam rangka membangun kecintaan siswa khususnya dan
masyarakat umumnya terhadap sastra.
Berkenaan dengan
hal di atas, marilah kita mencoba menyelenggarakan kegiatan ekstra yakni
BENGKEL SASTRA. Kegiatan ini tidak menekankan perhatian pada konsep atau
teori-teori seperti yang diajarkan di kelas, tetapi pada praktik atau pelatihan
apresiasi dan ekspresi (kreasi) sastra (puisi, cerpen, naskah drama, dll), baik
lisan maupun tulis. Melalui sebanyak-banyaknya praktik diharapkan para peserta
memiliki kemampuan yang memadai dalam hal apresiasi dan ekspresi sastra
sehingga kelak mereka lebih mencintai dan bersikap positif terhadap sastra.
Adapun tata cara pelaksanaannya bermacam-macam, salah satun wujudnya seperti
tampak pada desain berikut.
2. Desain Pelaksanaan
2.1 Pengenalan Dasar-Dasar Teori
Kegiatan Bengkel
Sastra diawali dengan pengenalan bahan (puisi, cerpen, drama, dll) melalui
metode yang tepat (bergantung pada situasi/kondisi/konteks). Bahan yang
diberikan berupa teori (dan metode serta teknik) apresiasi dan ekspresi (tulis
dan lisan) secara singkat. Untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang sastra
(tertentu), ada baiknya dijelaskan pula mengenai definisi dan hakikatnya.
2.2 Praktik Apresiasi dan Ekspresi
Setelah dasar-dasar
teori diperkenalkan, peserta langsung diajak masuk ke praktik
(pelatihan-pelatihan) apresiasi teks sastra (pembacaan, pemahaman, penghayatan,
dll). Dalam praktik apresiasi langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain
(1) peserta dilibatkan ke dalam situasi kesastraan secara langsung, (2) peserta
diajak untuk menganalisis makna atau berbagai aspek sastra secara bersama-sama,
(3) peserta diyakinkan bahwa karya sastra bukan sekedar hasil lamunan pengarang
belaka, dan (4) peserta diberi kesempatan seluas-luasnya untuk bertanya dan
berdialog.
Setelah praktik apresiasi dilakukan, peserta diajak atau
dibimbing untuk berekspresi tulis (berproses kreatif, penggalian ide,
pengembangan imajinasi, kristalisasi momen-momen dramatik, teknik penuangan
gagasan, teknik penciptaan naskah, dan sejenisnya) dan ekspresi lisan (latihan
vokal, latihan peran, penguasaan panggung, penataan setting, dan lain-lain).
Dalam kaitan ini seluruh peserta harus dilibatkan secara aktif. Diharapkan
setiap peserta dapat menghasilkan sebuah naskah sastra (pendek) yang kelak
dapat diterbitkan menjadi buku antologi.
2.3 Pementasan/Sosialisasi
Setelah praktik
apresiasi dan ekspresi, pada tahap akhir dilakukan pementasan dan atau
pemanggungan. Naskah yang dipentaskan boleh hasil karya sastrawan Indonesia
yang sudah terkenal, boleh juga hasil karya para peserta bengkel. Pementasan
tersebut sekaligus dimaksudkan sebagai suatu evaluasi atau uji coba kemampuan
para peserta dalam bersastra.
3. Bahan dan Perlengkapan
3.1 Pertimbangan Pemilihan Bahan
Bahan atau materi
(teks sastra) yang disediakan kepada para peserta hendaknya disesuaikan dengan
(1) lingkungan peserta, (2) jenjang pendidikan peserta, dan (3) keragaman.
Maksudnya, bahan yang diberikan akan lebih efektif jika isi karya (sastra) itu
mengandung suasana atau gambaran yang akrab dengan dunia atau lingkungan
kehidupan para peserta. Dan, yang lebih penting, bahan yang diberikan kepada
atau dibahas peserta disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan atau kematangan
mereka.
Di samping itu, untuk menghindari kebosanan, hendaknya
bahan yang diberikan kepada peserta beragam, baik dari segi tema, tokoh, latar,
gaya, bahasa, dan sebagainya. Bahkan, sangat perlu, sesuai dengan hakikat
sastra sebagai tiruan alam, para peserta perlu diajak menimba pengalaman
langsung (orientasi, outbond) ke
lapangan, misalnya ke suatu tempat yang memungkinkan mereka dapat menangkap
berbagai ide atau gagasan dalam rangka penciptaan naskah (karya sastra).
3.2 Bahan
Karya (naskah
sastra) yang dapat dijadikan bahan dalam kegiatan Bengkel Sastra cukup banyak,
baik yang sudah terbit dalam bentuk buku maupun yang masih dimuat dalam
majalah. Dalam kaitan itu, pembimbing dapat secara bebas memilih dan menentukan
naskah (sastra) apa yang akan diberikan atau dijadikan bahan apresiasi atau
ekspresi. Yang terpenting naskah tersebut adalah naskah sastra yang sesuai
dengan lingkungan dan kemampuan peserta.
3.3 Perlengkapan
Kegiatan Bengkel
Sastra dapat diselenggarakan di mana saja, baik di ruang terbuka maupun ruang
tertutup, dilengkapi alat-alat perlengkapan, misalnya, meja kecil, tikar, soundsystem,
papan tulis, alat tulis, OHP, alat perekam, dan lain-lain. Sementara, untuk
kegiatan apresiasi dan ekspresi sastra, alat-alat perlengkapannya adalah
sejumlah naskah sastra dan makalah (yang disusun oleh tutor) untuk pegangan
peserta. Akan lebih baik disediakan pula peralatan video untuk keperluan
pemberian contoh-contoh pementasan sastra kepada para peserta. Untuk kegiatan
pementasan, disediakan panggung beserta kelengkapannya.
4. Target
Kegiatan Bengkel
Sastra diharapkan dapat mencapai target tertentu, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Target jangka pendek kegiatan tersebut, para peserta dapat
menulis naskah (puisi, cerpen, atau drama) dan menerbitkan sebuah buku antologi
karya para peserta. Target jangka panjangnya ialah setelah selesai mengikuti
kegiatan bengkel, pada waktu-waktu selanjutnya di tengah masyarakat peserta
dapat (1) mengapresiasi karya sastra; (2) berekspresi tulis, misalnya mencipta
dan mempublikasikan karyanya ke media massa; dan (3) berekspresi lisan,
misalnya memanggungkan atau mementaskan (memainkan) karya sastra. Agar proses
kreatif yang telah dibangun ini tidak berhenti, mereka perlu difasilitasi
dengan, misalnya, dibentuknya Sanggar
Sastra.
5. Silabus
Kegiatan Bengkel
Sastra dilaksanakan selama 10 kali pertemuan tatap muka (44 jam, @ 60 menit),
dengan rincian sebagai berikut.
·
Teori (4 jam)
- Pengenalan dasar-dasar teori 2 jam
- Teori apresiasi dan kreasi teks 2 jam
·
Praktik (32 jam)
·
Apresiasi karya sastra 10
jam
·
Ekspresi tulis (penciptaan) 10 jam
·
Ekspresi lisan (bermain) 8 jam
·
Pementasan (akhir kegiatan) 4 jam
·
Outbond (8 jam) sehari semalam
· Proses penggalian ide 4 jam
· Proses penangkapan momen kreatif
4 jam
6. Tutor(ial)/Pembimbing(an)
Tutor kegiatan
Bengkel Sastra dapat siapa saja, yang terpenting adalah ahli di bidangnya
(guru, penyair, cerpenis, novelis, dramawan, dll). Dalam hal ini dapat
memanfaatkan seniman-seniman atau sastrawan setempat. Dalam proses tutorialnya,
tutor memberikan teknik dan metode mengamati, menggali ide, mengolah momen
kreatif dan puitik, merenungkan, mengkristalisasikan, cara menuangkan ke dalam
tulisan, membaca, mengoreksi, membuka wawasan, memberikan alternatif, dan
sebagainya. Tugas peserta adalah secara bebas dan kreatif melakukan semua itu.
7. Peserta
Peserta kegiatan
Bengkel Sastra tidak perlu terlalu banyak, kira-kira 25 atau 30 orang saja
untuk satu kelas. Satu kelas itu dibimbing oleh dua atau tiga orang tutor (dan
satu bintang tamu).
8. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Bengkel
Sastra dilaksanakan setiap hari libur, pukul 09.00--13.00, dalam 9 kali
pertemuan (tatap muka). Sementara itu, orientasi lapangan (outbond) dilaksanakan pada pertemuan kedua atau ketiga, berlangsung
di suatu tempat tertentu yang telah ditentukan (tempat yang nyaman dan jauh
dari keramaian).
9. Pelaksana dan Biaya
Kegiatan Bengkel
Sastra dikelola dan dilaksanakan oleh sebuah tim panitia tertentu. Biaya
pelaksanaan dapat bersumber dari mana saja, formal atau nonformal.
10. Penutup
Sebagai
sebuah pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan kegiatan bengkel sastra, pada
akhir kegiatan ada baiknya disusun laporan lengkap. Beberapa hal yang
dikemukakan di dalam laporan itu antara lain (1) latar belakang, (2) tujuan,
(3) peserta, (4) pelaksanaan, yang meliputi persiapan, pelaksanaan,
kepanitiaan, pembiayaan, dan lain-lain, (5) hambatan, (6) saran dan tindak
lanjut, serta (7) lampiran-lampiran.
Evaluasi perlu juga
dilakukan agar dapat diketahui keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan
bengkel sastra. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara observasi/pengamatan
langsung atau dengan sistem angket. Hal-hal yang perlu diketahui melalui
evaluasi, antara lain (1) minat peserta terhadap kegiatan yang diikuti, (2)
bahan sajian yang diberikan, (3) metode pelatihan yang diterapkan, (4)
pembimbing(an)/tutor(ial), (5) hasil pelaksanaan secara keseluruhan, dan (6)
hal-hal lain yang dianggap penting.
Nah...selamat
mencoba!!!!
Yogyakarta, September 2013.