EKSOTISME, BAHASA, IDENTITAS, DAN RESISTENSI DALAM NOVEL INDONESIA KARYA SUPARTO BRATA: Pembacaan Pascakolonial
Wednesday, January 11, 2017
Edit
THE
EXOTICISM, LANGUAGE, IDENTITY, AND RESISTANCE IN
SUPARTO BRATA’S INDONESIAN NOVELS A
Postcolonial Reading
Tirto Suwondo
Penelitian
ini secara khusus membahas novel-novel Indonesia karya Suparto Brata. Masalah
yang dibahas meliputi eksotisme, bahasa, indentitas, dan resistensi terhadap
kekuasaan kolonial ditinjau dari perspektif pascakolonial. Dari pembahasan yang
dilakukan diperoleh hasil bahwa dalam novel-novel karya Suparto Brata tampak jelas
kekuasaan kolonial (Belanda dan Jepang) masih memandang pribumi sebagai
masyarakat yang eksotis, yang bodoh, yang perlu dibina agar menjadi pandai.
Sementara itu, bahasa kolonial (Belanda dan Jepang) masih dipandang sebagai
bahasa yang tinggi derajatnya sehingga jika pribumi hendak memperoleh derajat
(identitas) yang setara harus mampu berbahasa Belanda dan Jepang. Berkenaan
dengan hal itu, berkat kepandaian yang ditanamkan oleh pemerintah kolonial,
yang antara lain melalui penguasaan bahasa dan pengetahuan atau budaya Barat,
masyarakat pribumi justru memanfaatkan hal itu sebagai upaya untuk melakukan
resistensi terhadap kekuasaan dalam rangka mencapai kemerdekaan (kebebasan)
penuh. .... Untuk selanjutnya silakan DOWNLOAD.