-->

Budi Darma: Telah Membaca Karya Sastra Dunia Sejak SMP

            Budi Darma dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah, pada 25 April 1937. Sebagai putra keempat dari enam bersaudara (semua laki-laki) dari pasangan Darmo Widagdo--Sri Kunmar-yati, Budi Darma hadir dari keluarga “biasa” karena ketika itu sang ayah hanya seorang pegawai kantor pos. Setelah berusia tiga bulan, Budi Darma kecil dibawa ke Bandung karena saat itu Pak Darmo Widagdo, sang ayah, ditugaskan di Bandung.
            Sebagai seorang pegawai negeri, ayah Budi Darma memang sering dipindahtugaskan ke berbagai kota (Jombang, Yogyakarta, Ban-dung, Semarang, Kendal, Kudus, dan Salatiga). Karena itu, sebagai seorang anak yang harus selalu mengikuti orang tua ke mana mereka hidup, Budi Darma pun mengalami kehidupan di berbagai kota itu. Namun, akibat lain yang diderita karena selalu berpindah-pindah kerja ialah sampai meninggal orang tua Budi Darma tidak memiliki rumah sendiri (selalu tinggal di rumah dinas, ataukah kontrak rumah?). Itulah sebabnya, Budi Darma mengaku berasal dari keluarga biasa.
            Kendati berasal dari keluarga biasa, boleh dikata Budi Darma tidak mengalami hambatan dalam meniti karier pendidikannya. Setelah tamat dari Sekolah Rakyat di Kudus (1950), Budi Darma masuk ke SMP Negeri di Salatiga. Ketika itu memang ayah Budi Darma sedang bertugas di Salatiga. Sejak di Salatiga, Budi Darma mulai gemar membaca, bukan hanya buku pelajaran sekolah, melainkan juga buku-buku sastra Indonesia dan asing. Di perpustakaan pemerintah yang tidak jauh dari tempat tinggalnya Budi Darma lebih sering menghabiskan waktu luangnya untuk membaca karya-karya Pramudya, Idrus, Merari Siregar, Suman H.S., dan lainnya. Dengan kemampuan bahasa Inggrisnya yang pas-pasan ia juga membaca karya-karya Karl May, Hector Malot, Alexander Dumas, dan sebagainya. Bahkan,  kisah dalam salah satu cerpen Rusia (berbahasa Inggris) yang berjudul The Darling masih di-ingatnya sampai sekarang. Tokoh dalam cerpen itu sedikit banyak juga memiliki hubungan dengan Olenka dalam novelnya Olenka (Balai Pustaka, 1983).
            Setamat dari SMP Negeri di Salatiga (1953), Budi Darma melanjutkan ke salah satu SMA Negeri di Semarang. Ketika itu di Salatiga belum ada SMA. Karenanya,  saat SMA ia harus berpisah dengan orang tua yang masih dinas di Salatiga. Sejak SMA karier Budi Darma di bidang tulis-menulis mulai berkem-bang. Di usia sekitar 17 ia sudah menjadi redaktur budaya di surat kabar Tanah Air di Semarang.  Karier itu dijalani dengan tekun sampai ia tamat SMA tahun 1956. Karena semangat belajarnya begitu menggebu, setamat SMA ia berkemauan keras untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Namun, sayang sekali, tidak lama setelah tamat SMA, Budi Darma kemudian jatuh sakit sehingga ia harus beristirahat selama setahun.
            Istirahat selama setahun tersebut tidak hanya disebabkan oleh Budi Darma sakit, tetapi juga oleh kesempatan memperoleh beasiswa sudah tutup karena terlambat. Mengapa harus mencari beasiswa? Menurut Budi Darma, karena orang tua sudah tidak sanggup lagi membiayai kuliah; saat itu sang ayah sudah pensiun dari pegawai pos. Barulah pada tahun 1957, Budi Darma resmi menjadi mahasiswa jurusan Sastra dan Kebudayaan Barat, Fakultas Sastra UGM; semua itu tidak lepas dari jasa Prof. Nugroho Notosusanto, sang paman,. Prof. Nugroho Notosusanto adalah suami tante Budi Darma; istri Pak Nugroho adalah adik kandung ayah Budi Darma. 
            Selama menjadi mahasiswa di Yogya-karta, Budi Darma tinggal di rumah Prof. Nug-roho Notosusanto. Saat itu Pak Nugroho adalah dosen UGM. Sebagai seorang dosen, ia memi-liki cukup banyak buku. Itulah yang membuat “kerasan” Budi Darma selama tinggal di rumah pamannya. Di situ pula tumbuh keintelektualan Budi Darma. Sebagai intelek-tual muda yang selalu ingin maju, ia menya-lurkan bakat-bakat-nya lewat majalah maha-siswa Gama sebagai redaktur. Sebagai seorang redaktur ia sering mengikuti berbagai perte-muan di berbagai kota (Bandung, Yogya, Semarang, Jakarta, dan seba-gainya).
            Sebagai mahasiswa yang berminat ke bidang seni dan budaya, Budi Darma banyak bergaul dan berbincang tentang kesenian dan kesusastraan bersama Subagyo Sastrowardoyo, W.S. Rendra, dan Sapardi Djoko Damono. Saat itu mereka sama-sama menjadi mahasiswa UGM. Karena itu, saat menjadi mahasiswa Budi Darma sangat sibuk. Namun, kesi-bukannya tidak terlalu menghambat studinya, tetapi justru memacu kemauan belajarnya. Itulah sebabnya, tidak lebih dari tujuh tahun, Budi Darma diwi-suda menjadi sarjana (1963). Sebagai wisuda-wan terbaik ia memperoleh penghargaan berupa Bintang Bhakti Wisuda, sebuah penghargaan yang diberikan kepada mahasiswa terbaik di bidang pendidikan dan pengabdian pada masyarakat.
            Berkat prestasinya yang membang-gakan, setamat UGM Budi Darma banyak mendapat tawaran pekerjaan. Oleh dosennya yang warga negara Canada, Budi Darma dita-wari untuk mengajar di IKIP Negeri Semarang. Namun, karena sesuatu hal, akhirnya gagal. Lalu datang lagi tawaran dari Prof. Siti Baroroh Baried (almarhumah) yang saat itu menjabat Dekan Fakultas Sastra UGM. Oleh Prof. Baroroh, Budi Darma ditawari untuk menjadi dosen di IKIP Negeri Surabaya. Tawaran inilah yang kemudian diterima, dan sejak 1 Oktober 1963 hingga sekarang Budi Darma resmi menjadi staf pengajar di IKIP Negeri Surabaya.
            Selama tinggal di kota Surabaya, ketika itu masih membujang, Budi Darma tidak banyak berkarya. Ia sibuk mengajar. Karena teman bujangnya demikian banyak, dan mereka sering menginap di kamarnya, gaji Budi Darma habis hanya untuk jajan dan nonton bersama. Ia tidak banyak menulis tidak hanya karena hidupnya tidak teratur, tetapi memang situasi kebudayaan saat itu tidak menguntungkan akibat berpenga-ruhnya kelompok Lekra yang dikuasai oleh Partai Komunis. Meski demikian, Budi Darma mengaku situasi kehidupan selama bujangan di Surabaya juga banyak mengilhami cerpen-cerpennya yang ditulis setelah ia menikah, antara lain, cerpen Kitri dan Pistol (1970).
            Budi Darma menikahi gadis bernama Sitaresmi (bukan mantan istri Rendra) pada 14 Maret 1968. Dari pernikahannya lahir tiga orang anak: Diana, Guritno, dan Hananto Widodo. Setelah berkeluarga, Budi Darma rajin menulis; tidak hanya karya kreatif-imajinatif, terutama cerpen, tetapi juga artikel, esai, atau makalah untuk berbagai diskusi dan seminar. Ia pernah juga mengisi acara sastra di RRI dan TVRI Surabaya. Karya-karya cerpennya, sejak tahun 70-an, banyak dimuat di majalah dan koran seperti Budaya, Basis, Tjerita, Gelora, Horison, Kompas, Minggu Pagi, dan seba-gainya.
            Atas beasiswa dari East West Centre, bersama dengan Sapardi Djoko Damono, Budi Darma belajar ilmu budaya dasar di University of Hawai, Honolulu (1970--1971). Sebelum, selama, dan sesudah mengikuti program Hawai, Budi Darma banyak menulis cerpen. Cerpennya Sahabat Saya Bruce (1973) antara lain ditulis dengan latar cerita di Hawai. Cerpen-cerpen lainnya kemudian dimuat Horison “Edisi Khu-sus Budi Darma” (April 1974).  Edisi itu khusus memuat cerpen, wawancara, dan tanggapan atas karya-karya Budi Darma.
            Bulan Agustus 1974, dengan sponsor Fulbright, Budi Darma pergi ke Indiana Uni-versity, Bloomington, Amerika Serikat.  Dengan tesis The Death and The Alive, ia meraih gelar Master of Arts in English Creative Writing pada November 1975. Dan puncak karier pendi-dikannya ialah, dengan disertasi berjudul Cha-racter and Moral Judgment in Janes’s Austin Novel, Budi Darma memperoleh gelar Doktor di Indiana University, Bloo-mington, tahun 1980. Gelar tersebut diperoleh hanya dalam waktu 4 tahun (1976--1980).
            Masih dalam tahun yang sama (1980), Budi Darma ke Indiana University lagi, bukan sebagai mahasiswa, tetapi sebagai visiting research. Karena selama belajar dan tinggal di Amerika menunjukkan prestasi, Budi Darma terpilih sebagai salah seorang mahasiswa ber-prestasi sehingga dicatat dalam buku Who’s Who in The World (1982/1983). Dari penga-laman selama belajar dan bermasyarakat dengan orang-orang Bloomington (AS), Budi Darma menghasilkan beberapa cerpen yang dikumpul-kan dalam buku Orang-Orang Bloomington (1980) dan novel Olenka (1983).
            Sebelum terbit, naskah novel Olenka diikutsertakan dalam sebuah sayembara menga-rang roman DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) tahun 1980. Dan hasilnya ternyata cukup mem-banggakan, yakni sebagai peme-nang utama. Setelah terbit, Olenka juga men-dapat Hadiah Sastra 1983 dari DKJ. Setahun kemudian (1984), berkat novel Olenka, Budi Darma memperoleh SEA Write Award dari Kerajaan Thailand. Bahkan, novel tersebut juga menyabet Hadiah Sirikit.
            Di IKIP Negeri Surabaya, Budi Darma pernah berkali-kali menduduki jabatan, antara lain, sebagai Ketua Jurusan Sastra Inggris, Dekan FKSS, dan puncaknya menjadi Rektor (1984--1987). Di sela-sela kesibukannya juga dipercaya sebagai anggota Dewan Kesenian Surabaya dan sebagai dosen terbang di Universitas Negeri Jember. Selain itu, di sela-sela kesibukan pulang-pergi ke luar dan dalam negeri untuk memberikan ceramah dalam ber-bagai seminar, ia masih sempat menulis bebe-rapa cerpen dan novel. Bahkan, novel keduanya, Rafilus (Balai Pustaka, 1988), juga ditulis ketika ia mengikuti serangkaian perjalanan dalam rang-ka English Studies Summer di Cambridge Uni-versity. Namun, karena belum selesai, penulisan novel itu dilanjutkan di Singapura, Jakarta, dan selesai di Surabaya. Novel ketiganya, Ny. Talis (Grasindo, 1996) digarap juga (dalam waktu 2 bulan) ketika ia selama 6 bulan tinggal di Bloomington (1990/1991).
            Nyata bahwa sumbangan Budi Darma dalam kancah sastra Indonesia cukup besar. Karya cerpen dan novelnya dianggap banyak orang sebagai “membawa corak baru”. Konse-kuensinya, karya-karya Budi Darma ditanggapi banyak pihak, baik sebagai bahan diskusi di surat kabar dan majalah maupun sebagai bahan ceramah, skripsi, dan tesis para mahasiswa sastra. Berbagai karya ilmiahnya tentang sastra dan kebudayaan juga banyak diterbitkan men--jadi buku. Tiga buah buku kumpulan esainya ialah Solilokui (1983), Sejumlah Esai Sastra (1984), dan Harmonium (1995).
            Sebagai novelis, cerpenis, esais, budaya-wan, ahli sastra, dosen, dan sebagai warga-negara serta kepala keluarga yang baik, hingga kini Budi Darma masih tetap menun-jukkan aktivitasnya, baik di luar maupun dalam negeri. Berkat kelebihannya yang “menumpuk”, ia banyak menerima hadiah dan penghargaan, di antaranya dari Walikota Surabaya, Gubernur Jawa Timur, Dewan Kesenian Jakarta, Hadiah Sastra Asean, Anugerah Seni dari Pemerintah RI.
            Dalam beberapa tahun terakhir ini, salah satu cerpennya berjudul “Derabat” (Kompas, 3 Agustus 1997), yang ditulis di India ketika ia diundang untuk memberikan komentar terhadap usulan penelitian para calon doktor, terpilih sebagai Cerpen Terbaik Pilihan Kompas 1999. Sebelumnya, meski bukan yang terbaik, cer-pennya “Gauhati” (Kompas, 22 September 1996) masuk pula sebagai Cerpen Pilihan Kompas 1997. Selain itu, cerpennya “Potret Itu, Gelas Itu, Pakaian Itu” (Horison,  Juli 1990) juga menjadi salah satu dari 10 cerpen terbaik majalah sastra Horison tahun 1990--2000. Cerpen itu kemudian dimuat di Horison edisi khusus ulang tahun ke-34, Juli 2000. Menurut berita yang dapat dipercaya, saat ini (2001), Budi Darma juga sedang dalam proses menyelesaikan sebuah novel. Apa judulnya, kita tunggu.
             Demikian sekilas riwayat dan karier Budi Darma yang sampai sekarang masih terus berkarya. Dilihat tingkat pendidikan, pengha-silan, pengalaman di luar dan di dalam negeri, dan sekian banyak aktivitas sosial dan intelek-tual lainnya, agaknya ia dapat digolongkan sebagai orang yang berkelas sosial menengah atas. Atau, menurut istilah Geertz dan Young (Putra, 1993), Budi Darma termasuk ke dalam kelas metropolitan superculture, atau menengah kota urban middle class, atau a state-dependent middle class. Itulah sebabnya, karya-karya cer-pen dan novelnya, ditulis untuk ditujukan kepa-da khalayak yang “sekelas” dengannya. Namun, entah apa, siapa, mengapa, dan bagaimana Budi Darma, yang jelas ia masih tetap sebagai orang yang berkepribadian Indonesia (dan Jawa). ***

Telah dimuat HORISON/KAKILANGIT, Januari 2002


Berlangganan update artikel terbaru via email:

TULISAN TERPOPULER

CARI JUGA DI LABEL BAWAH INI

Antologi Cerpen (59) Antologi Esai (53) Penelitian/Kajian Sastra (43) Antologi Puisi (40) Cerita Anak (25) Penelitian/Kajian Bahasa (25) Sastra Jawa Modern (20) Sastra Indonesia-Jogja (14) Antologi Drama (13) Budi Darma (13) Ulasan Buku (13) Kritik Sastra (12) Proses Kreatif (12) Esai/Kritik Sastra (11) Pembelajaran Sastra (11) Kamus (10) Pedoman (10) Prosiding Seminar Ilmiah (9) Antologi Features (8) Cerita Rakyat (8) Mohammad Diponegoro (8) Jurnal (7) Membaca Sastra (7) Religiusitas Sastra (7) UU Bahasa (7) Artikel Jurnal Internasional (6) Antologi Artikel (5) Bahan Ajar (5) Kongres Bahasa (5) Nilai-Nilai Budaya (5) Bahasa/Sastra Daerah (4) R. Intojo (4) Seri Penyuluhan Bahasa (4) Sistem Kepengarangan (4) Telaah Dialogis Bakhtin (4) Ahmad Tohari (3) Antologi Biografi (3) Antologi Dongeng (3) Danarto (3) Ensiklopedia (3) Gus Tf Sakai (3) Konsep Nrimo dan Pasrah (3) Korrie Layun Rampan (3) Pascakolonial (3) Penghargaan Sastra (3) AA Navis (2) Antologi Macapat (2) Artikel Jurnal (2) Dinamika Sastra (2) Festival Kesenian (FKY) (2) Film/Televisi Indonesia (2) Glosarium (2) Kuntowijoyo (2) Majalah Remaja (2) Novel Polifonik (2) Pemasyarakatan Sastra (2) Sastra Jawa Pra-Merdeka (2) Seno Gumira Adjidarma (2) Telaah Intertekstual (2) Umar Kayam (2) Abstrak Penelitian (1) Arttikel Jurnal (1) BIPA (1) Bahan Ajar BIPA (1) Budaya Literasi (1) Cermin Sastra (1) Ejaan Bahasa Jawa (1) Etika Jawa (1) FBMM (1) Gerson Poyk (1) Herry Lamongan (1) Iblis (1) Iwan Simatupang (1) Jajak MD (1) Jaring Komunikasi Sastra (1) Kaidah Estetika Sastra (1) Karier Tirto Suwondo (1) Karya Tonggak (1) Kebijakan (1) Motinggo Busye (1) Muhammad Ali (1) Muryalelana (1) Novel (1) Olenka; Budi Darma; Bakhtin (1) Posisi Teks Sastra (1) Puisi Tegalan (1) Putu Wijaya (1) Salah Asuhan (1) Sastra Balai Pustaka (1) Sastra Non-Balai Pustaka (1) Sastra dan Ekonomi Kreatif (1) Sastra dan Imajinasi (1) Sastra dan ORBA (1) Sastra dlm Gadjah Mada (1) Sejarah Sastra (1) Studi Ilmiah Sastra (1) Studi Sastra (1) Syamsuddin As-Sumatrani (1) Teater Modern (1) Telaah Model AJ Greimas (1) Telaah Model Levi-Strauss (1) Telaah Model Roland Barthes (1) Telaah Model Todorov (1) Telaah Model V Propp (1) Telaah Pragmatik (1) Telaah Sosiologis (1) Telaah Stilistika (1) Teori Sastra (1) Teori Takmilah (1) Turiyo Ragil Putra (1)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel