-->

Ny. Talis Budi Darma: Perlu Penerangan Eksistensi

           Ny. Talis (Kisah Mengenai Madras) adalah novel ketiga karya Budi Darma. Novel tersebut ditulis di Bloomington, Indiana, Amerika Serikat, dalam waktu relatif singkat, yakni dua bulan, mulai tanggal 9 November 1990 sampai 8 Januari 1991 (Darma, 1996), pada saat Budi Darma sedang bertugas melakukan penelitian tentang modernisme sastra Inggris dan Amerika. Akan tetapi, novel dengan ketebalan 233 halaman tulisan tangan (setelah terbit menjadi 267 halaman) tersebut baru diterbitkan oleh Grasindo, Jakarta, pada tahun 1996.
            Membaca Ny. Talis memang terasa berbeda dengan membaca Olenka dan Rafilus atau membaca Orang-Orang Bloomington. Kalau di dalam dua novel dan cerpen-cerpen sebelumnya kita akan dihadapkan pada sekian banyak fantasi dan imaji-imaji yang liar, keras, aneh, dan menegangkan, di dalam novel terakhirnya ini kita hanya disuguhi sesuatu yang biasa-biasa saja. Artinya, benar bahwa memang gaya Budi Darma dalam bercerita dan kepiawaiannya membangun peristiwa yang sensasional masih demikian khas, tetapi cara penyajian seperangkat fakta sastra sebagaimana biasa ditampilkan di dalam karya-karya sebelumnya tidak terlihat kental di dalam novel ini.
            “Ya... ya... saya kira Ny. Talis berbeda dengan karya-karya lain terdahulu. Meskipun masalahnya sama, yakni tentang pencarian identitas dan jatidiri manusia, tetapi cara penceritaannya berlainan. Lebih realistis, lebih mendekati kehidupan sehari-hari,” demikian pengakuan Budi Darma dalam sebuah wawancara dengan dua orang wartawan Surabaya Post, Adriono dan Gatot Susanto (lihat Surabaya Post, 14 Juli 1991).
            Memang benar bahwa Ny. Talis mengungkapkan sebuah persoalan identitas dan jati diri yang selamanya tidak pernah akan dapat dipecahkan oleh manusia.  Mengapa demikian? Sebab, persoalan identitas dan jati diri tersebut hanyalah berupa serangkaian pertanyaan yang tidak mungkin terjawab. Mengapa manusia itu harus lahir, mengapa manusia itu makin lama makin tua, dan mengapa harus meninggal? Dan mengapa seseorang mempunyai takdir yang lebih baik atau lebih buruk daripada orang lain? Mengapa pula orang yang baik hati mempunyai nasib yang buruk dan sebaliknya yang buruk justru bernasib baik? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang disodorkan oleh Budi Darma kepada kita (manusia) di dalam dan lewat novel ini. Itulah sebabnya, yang kita jumpai ketika kita mencoba untuk menerobos simbol-simbol fiksional ciptaan Budi Darma ini hanyalah semacam perpaduan sekian banyak masalah di seputar esensi dalam batin dan jiwa seperti emosi, kebencian, cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, dan sejenisnya.
            Jika kita amati kisah tokoh-tokoh di sepanjang alur ceritanya, di antaranya tokoh Madras, Ny. Talis (perias pengantin), Santi Wedanti (penyanyi), Wiwin (pelukis), dan sebagainya, dapat kita temukan beragam persoalan yang bergayut erat dengan keberadaan atau eksistensi manusia. Berbagai persoalan eksistensi manusia itu antara lain tampak di dalam beberapa ungkapan berikut.

                        “... Barulah, tadi malam, saya memperoleh mimpi yang nyaman. Tapi, setelah mimpi berlalu, saya jadi ragu, apakah mimpi saya benar ada. Maka, begitu bangun saya lari ke cermin. Saya lihat, saya ada. Tapi, benarkah laki-laki itu ada? Kalau benar ada, mengapa mimpi saya seolah menjadi tidak ada?
                        Madras pernah menghadiri sebuah ceramah Guru Besar Matematika mengenai ada dan tidak ada. Maka, di bawah tulisan Santi Wedanti dia menulis, “Yang ada, itu ada. Yang tidak ada, itu ada.” (Ny. Talis, 1996:37).

                        “Dia heran. Sejak dia masih kecil, setiap kali melihat upacara pemakaman, dia merasa bahwa apa yang dia lihat sama sekali tidak nyata. Pernah dia menyaksikan upacara pemakaman dari helikopter. Cuaca sedang baik. Dan tanpa peduli apakah dia mengganggu jalannya upacara atau tidak, dia terbang rendah. Tetapi dia merasa, bahwa pandangan matanya tertutup oleh kabut. Upacara pemakaman bagi dia adalah peristiwa nyata yang tidak pernah nampak nyata.” (Ny. Talis, 1996:77).

                        “Justru itu, Anggle. Tidak ada sesuatu yang tidak ada, yang berbicara kepada sesuatu yang tidak ada, mengenai sesuatu yang tidak ada.” (Ny. Talis, 1996:113).

            Kisah di dalam novel Ny. Talis sesungguhnya sangat sederhana, yaitu sejarah perjalanan hidup tokoh utama Madras mulai dari lahir ke dunia, menjadi dewasa, menjalin cinta, menikah, mempunyai anak, cucu, menjadi tua, sampai pada akhirnya meninggal. Akan tetapi, di setiap jengkal peristiwa yang membangun struktur plotnya terdapat dialog, monolog, dan deskripsi-deskripsi yang mengungkapkan konsep dan pemikiran filosofis. Secara eksplisit tampak bahwa seluruh kisah di dalam novel itu telah dijiwai oleh pernyataan yang digambarkan di dalam bagian awal novel (bagian I/1).

          “Tengoklah kembali sejarah Perang Dunia II. Kita pasti akan menemukan nama Benito Amilcare Mussolini. Dialah diktator Itali. Bersama-sama dengan Jerman dan Jepang, dia berusaha merangsak dunia. Dialah yang mula-mula tumbang, sebelum akhirnya disusul oleh hancurnya Jerman dan runtuhnya Jepang. Apa yang dia katakan setelah dia terkapar, tidak punya harga, dina, dan melata? “Inilah takdir saya. Dari debu, naik ke kekuasaan. Dan dari kekuasaan, kembali ke debu.”
                        Dia berbicara mengenai dirinya sendiri. Ambisi, kejayaan, dan kehancuran. Itulah yang dia bicarakan. Dia lupa bahwa manusia, jadi bukan hanya dia, memang berasal dari tanah. Dan karena berasal dari tanah, mau tidak mau manusia akan kembali ke situ.
                        Oleh karena itu terceritalah, ada seorang anak bernama Madras. Setiap hari dia melihat debu beterbangan. Dan setiap hari dia berhadapan dengan alam. Sering dia mendengar suara hujan mendayu, melihat jenazah diangkut ke makam, dan merasakan panasnya siang dan dinginnya malam. Naluri dia sudah berkata, bahwa alam kadang-kadang lunak, kadang-kadang tidak.” (Ny. Talis, 1996:1)

            Di dalam kutipan tersebut digambarkan dengan jelas perihal sejarah Perang Dunia II di Eropa. Seorang diktator Itali, bernama Benito Amilcare Andrea Mussolini, di tengah kehancurannya berkata kepada dirinya sendiri, “Inilah takdir saya. Dari debu, naik ke kekuasaan. Dan dari kekuasaan, kembali ke debu.” Di dalam  kutipan tersebut juga terdapat pernyataan, “Dan karena berasal dari tanah, mau tidak mau manusia akan kembali ke situ.”  Pernyataan demikian mengindikasikan bahwa berbagai persoalan yang muncul di dalam novel Ny. Talis berkait erat dengan konsep filsafat eksistensi. Lagipula, eksistensialisme di dalam sastra memang timbul akibat kesengsaraan yang diciptakan oleh Perang Dunia II di Eropa (Darma, 1993).
            Para eksistensialis berpandangan bahwa pada hakikatnya manusia sebagai eksistensi selalu berada di dalam “situasi-situasi batas” (Hamersma, 1985). Itulah sebabnya, sejak awal hingga akhir tokoh-tokoh di dalam Ny. Talis tidak mampu menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dan atau disodorkan kepadanya. Mengapa tidak mampu menjawab? Hal itu terjadi tidak lain karena manusia senantiasa berada dalam “situasi-situasi batas” yang selamanya tidak pernah dapat dijelaskan.
            Demikianlah, akhirnya, yang terlihat dalam novel terbaru Budi Darma tersebut hanya suatu proses, yaitu proses mencari dan terus mencari; dalam arti tokoh-tokohnya terus mencari jawaban--kendati tidak pernah berhasil--atas pertanyaan menyangkut keberadaan (eksistensi), jatidiri, atau identitasnya. Untuk mengetahui lebih jauh tentang persoalan ini, sekaligus apabila kita berhadapan dengan pertanyaan bagaimanakah manusia itu seharusnya hanya dapat dilacak dan atau diterangkan melalui konsep dan penerangan-penerangan (filsafat) eksistensialisme (Karl Jaspers, Martin Heidegger, Jean-Paul Sartre, atau yang lain). Namun, tentu saja, hal ini perlu penelitian dan pemahaman lebih lanjut. ***
                                                                                                                       Kedaulatan Rakyat, 1996

Berlangganan update artikel terbaru via email:

TULISAN TERPOPULER

CARI JUGA DI LABEL BAWAH INI

Antologi Cerpen (59) Antologi Esai (53) Penelitian/Kajian Sastra (43) Antologi Puisi (40) Cerita Anak (25) Penelitian/Kajian Bahasa (25) Sastra Jawa Modern (20) Sastra Indonesia-Jogja (14) Antologi Drama (13) Budi Darma (13) Ulasan Buku (13) Kritik Sastra (12) Proses Kreatif (12) Esai/Kritik Sastra (11) Pembelajaran Sastra (11) Kamus (10) Pedoman (10) Prosiding Seminar Ilmiah (9) Antologi Features (8) Cerita Rakyat (8) Mohammad Diponegoro (8) Jurnal (7) Membaca Sastra (7) Religiusitas Sastra (7) UU Bahasa (7) Artikel Jurnal Internasional (6) Antologi Artikel (5) Bahan Ajar (5) Kongres Bahasa (5) Nilai-Nilai Budaya (5) Bahasa/Sastra Daerah (4) R. Intojo (4) Seri Penyuluhan Bahasa (4) Sistem Kepengarangan (4) Telaah Dialogis Bakhtin (4) Ahmad Tohari (3) Antologi Biografi (3) Antologi Dongeng (3) Danarto (3) Ensiklopedia (3) Gus Tf Sakai (3) Konsep Nrimo dan Pasrah (3) Korrie Layun Rampan (3) Pascakolonial (3) Penghargaan Sastra (3) AA Navis (2) Antologi Macapat (2) Artikel Jurnal (2) Dinamika Sastra (2) Festival Kesenian (FKY) (2) Film/Televisi Indonesia (2) Glosarium (2) Kuntowijoyo (2) Majalah Remaja (2) Novel Polifonik (2) Pemasyarakatan Sastra (2) Sastra Jawa Pra-Merdeka (2) Seno Gumira Adjidarma (2) Telaah Intertekstual (2) Umar Kayam (2) Abstrak Penelitian (1) Arttikel Jurnal (1) BIPA (1) Bahan Ajar BIPA (1) Budaya Literasi (1) Cermin Sastra (1) Ejaan Bahasa Jawa (1) Etika Jawa (1) FBMM (1) Gerson Poyk (1) Herry Lamongan (1) Iblis (1) Iwan Simatupang (1) Jajak MD (1) Jaring Komunikasi Sastra (1) Kaidah Estetika Sastra (1) Karier Tirto Suwondo (1) Karya Tonggak (1) Kebijakan (1) Motinggo Busye (1) Muhammad Ali (1) Muryalelana (1) Novel (1) Olenka; Budi Darma; Bakhtin (1) Posisi Teks Sastra (1) Puisi Tegalan (1) Putu Wijaya (1) Salah Asuhan (1) Sastra Balai Pustaka (1) Sastra Non-Balai Pustaka (1) Sastra dan Ekonomi Kreatif (1) Sastra dan Imajinasi (1) Sastra dan ORBA (1) Sastra dlm Gadjah Mada (1) Sejarah Sastra (1) Studi Ilmiah Sastra (1) Studi Sastra (1) Syamsuddin As-Sumatrani (1) Teater Modern (1) Telaah Model AJ Greimas (1) Telaah Model Levi-Strauss (1) Telaah Model Roland Barthes (1) Telaah Model Todorov (1) Telaah Model V Propp (1) Telaah Pragmatik (1) Telaah Sosiologis (1) Telaah Stilistika (1) Teori Sastra (1) Teori Takmilah (1) Turiyo Ragil Putra (1)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel